Makalah Kearifan Lokal Yogyakarta

MAKALAH
ILMU BUDAYA DASAR

KEARIFAN LOKAL YOGYAKARTA

Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Bambang Gunawan H.

Kelas: 1EA12
Disusun Oleh Kelompok 4
1.      Adam Al-Azis                                    :10217071
2.      Andi Alvianto                                    :10217682
3.      Muhammad Faris Andhika             :13217989
4.      Hendika Surya Putra                        :12217725

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAGEMENT
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017
DAFTAR ISI
                                                                                                         halaman
Kata Pengantar .........................................................................          i

BAB I PENDAHULUA
    1.1           Latar Belakang.………………………………..……….   1
    1.2           Pembahasan Masalah……………………………..……  1

BAB II ISI PEMBAHASAN
  2.1    Kearifan Budaya Lokal………...………………………    2
 2.2    Manfaat Kearifan Budaya……………………………      2
 2.3    Kearifan Lokal Kota Yogyakarta……………………       3
  2.4    Contoh Kearifan Budaya Lokal di Yogyakarta…..…………  4 
 2.5    Kearifan Budaya Lokal Yogyakarta yang mendunia….  5

BAB III PENUTUP
        3.1     Kesimpulan…………………………………………..          6

Daftar Pustaka……………………………………………….......         7
        
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

    Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

    Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.



                                                                         Depok, Oktober 2017

                                                                               Kelompok 4



BAB I
PENDAHULUAN
1.1           Latar Belakang
       Indonesia memiliki banyak sekali daerah dan budaya yang berbeda-beda, setiap daerah memiliki budaya masing-masing. Begitu juga setiap daerah memiliki kearifan budayanya masing-masing. Kearifan lokal adalah dasar untuk pengambilan kebijakkan pada level lokal di bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan kegiatan masyarakat pedesaan.

Kearifan budaya local adalah kebijaksanaan suatu daerah dalam pengambilan kebijakan dalam berbagai hal, contoh dalam bidang kesehatan, pertanian, pendidikan. Kearifan budaya local juga dapat digunakan sebagai cara pemecahan suatu masalah yang sedang terjadi dalam ruang lingkup budaya masing-masing.


1.2           Pembahasan Masalah
Dengan adanya makalah ini, diharapkan kita dapat mengetahui bagaimana cara berprilaku arif, bijaksana, yang di implementasikan dalam setiap kebudayaan yang ada di Indonesia. Khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta yang akan kita bahas dalam makalah kali ini.
          1. Bagaimana perwujudan kearifan budaya local di Yogyakarta?
2. Bagaimana cara setiap orang mengatasi permasalahan dengan     kearifan budaya local?

BAB II
ISI PEMBAHASAN
2.2 Kearifan Budaya Lokal
Kearifan budaya lokal sendiri adalah pengetahuan lokal yang sudah sedemikian menyatu dengan sistem kepercayaan, norma, dan budaya serta diekspresikan dalam tradisi dan mitos yang dianut dalam jangka waktu yang lama.
Saya akan berikan ilustrasi Contohnya sebagai berikut:
Dalam pelaksanaan pembangunan disuatu daerah, hendaknya pemerintah mengenal lebih dulu seperti apakah pola pikir dan apa saja yang ada pada daerah yang menjadi sasaran pembangunan tersebut. Adalah sangat membuang tenaga dan biaya jika membuat tempat wisata tanpa memberi pembinaan kepada masyarakat setempat bahwa tempat wisata tersebut adalah  “ikon” atau sumber pendapatan yang mampu mensejahterakan rakyat didaerah itu. Atau lebih sederhananya, sebuah pembangunan akan menjadi sia-sia jika pemerintah tidak mengenal kebiasaan masyarakat atau potensi yang tepat untuk pembangunan didaerah tersebut.
Dalam Contoh masalah di atas, dapat kita simpulkan bahwa kearifan budaya local sangat diperlukan guna pemerencanaan suatu operasi, dan bagaimana kita secara bijaksana berfikir positif, negative yang akan kita peroleh jika suatu hal akan kita lakukan.
2.2 Manfaat Kearifan Budaya
Kearifan lokal bersifat mencegah perbuatan tidak baik dan membantuk melakukan aktivitas. Kedua hal tersebut merupakan pedoman berprilaku dalam kehidupan.
Di Yogyakarta, sangat kental akan adat istiadat kekeluargaan.
setiap permasalahan yang dihadapi baik masalah dalam keluarga maupun masalah antar desa selalu menggunakan musyawarah, hal tersebut merupakan contoh kearifan budaya local di Yogyakarta.


2.3 Kearifan Lokal Kuliner di Kota Yogyakarta
Jogja yang terkenal akan banyak budaya, banyak keanekaragaman yang dimiliki dari segi adatnya, makanan khas, serta orang-orangnya. Hal yang paling menarik dari kota GUDEG ini adalah rakyatnya yang terkenal ramah, murah senyum, dan tentunya kesederhanaan warganya. Budaya luhur ini sejak lama tertanam pada kota pelajar ini. Yogyakarta memiliki 4 kabupaten satu kotamadya, kabupaten Bantul yang terletak diselatan kota Jogja, Kabupaten Kulonprogo yang ada di sebelah barat daya kota Jogja. Kabupaten Sleman yang ada di sebelah barat sampai utara kota Jogja, dan yang terakhir Kabupaten Gunungkidul yang ada di sebelah timur kota pelajar ini. Tiap-tiap kabupaten tersebut memiliki kebudayaan, dan kearifan lokal tersenderi. Meski memiliki kebudayaan yang berbeda tapi keempat kabupaten tersebut saling bersinergi satu sama lain untuk membangun YOGYA ISTIMEWA.
Makanan khas Jogja , yang paling tterkenal adalah gudeg, ya makanan ini sangat diminati para wisatawan baik asing maupun local. Makanan bercita rasa manis ni sangat menggoda dan menjadi ciri khas kota pelajar ini. Bakpia, makanan kecil, bulat,isi kacang hijau ini menjadi buah tangan yang wajib dibawa bagi wisatawan yang kunjung di Jogj. Bakpia patuk 25 yang sangat terkenal di masyarakat ini memiliki ciri khas isi kacang ijonya lembut sekali dan empuk ketika digigit. Bagi yang belum mencoba silahkan mencoba bakpia ini ada disebal barat jalan mlioboro. Dua makanan itu yang menjadi sentra utama wisatawan untuk mengunjungi kota Jogja.
Lalu bagaimana dengan hasil karya kebudayaan kota Jogja ini? Jangan ditanya pasti banyak sekali karya-karya pengrajin Jogja yang dihargai di mancanegara. Salah satunuuya adalah batik. Batik hasil karya yang telah diakui UNESCO ini sangat mudah dan gampang sekali ditemui di kota Jogja ini. Batik kitu ada dua macam, batuk tulis atau batik cap. Harga batik tulis pastinya lebih mahal dari batik cap. Karena proses pembuatan batik tulis ini lebih lama dan lebih rumit sehingga harganya bias ratusan bahkan jutaan tergantung pada motif dan tinggat kesukaran yang dikerjakan. Tiap kabupaten di Jogja telah memiliki ciri khas tersendiri.betapa kayanya Jogja denga segudang kebudayaan yang tentunya harus kita jaga dan lestarikan. Terutama warga jogja dan para pecinta Jogja yang istimewa.
Masih ada lagi, hal yang tidak kalah penting dari kebudayaan Jogja yang tidak bbisa disebukan satu per satu tersebut adalah. Ada yang masih kuat di Jogja ini, ya adat leluhur yang sampai saat ini masih dipegang masyarakat Jogja terutama yang masih berada di desa-desa yang jauh dari arus mobilisasi perkotaan. Adat seperti genduren, syukuran,ruwahan, nyewu, dan masih banyak lagi. Masyarakat yang masih kuat untuk melaksanakan adat seperti itu harusnya kita hormati karena Jogja tak lepas dari pengaruh Hindu-Budha yang ada sejak zaman dulu. Hal—hal tersebut masih kuat ttertanam pada masyarakat Jogja karena kepercayaan dan mitosnya pujuga masih kuat, jadi sangat susah jika hal tersebut hilang dan lenyap dari kebudayaan Jogja karena masyarakat masih mempercayainya. Selain kebudayaan tersebut yang melekat kuat pada masyarakat adalah keramahan masyarakat Jogja. Masyarakat Jogja terkenal sekali akan keramahan, kehalusan, dan sopan santun yang membuat wisatawan betah dan nyaman untuk tinggal di sini. Tutur kata dan Bahasa yang halus menjadi ciri khas Jogja untuk tetepa Istimewa. Kota pelajar, kota berjuta budaya, kota yang penuh akan kearifan local kota yang penuh akan hal-hal istimewa orang-orang yang ramah tamah.

2.4 Contoh Kearifan Budaya Lokal wisata di Yogyakarta
Kearifan budaya merupakan kebiasaan dari nenek moyang dahulu yang berisfat positif dan hingga saat ini tetap lestari sebagai penyeimbang. Kearifan budaya local juga dapat digunakan sebagai suatu inovasi berdasarkan penelitian permasalahan.
       Yogya dikenal sebagai kota yang sangat istimewah, Keraton selalu menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari Kota Yogya. Dulu kota ini dikenal sebagai kota kecil, dimana di setiap jalan selalu dipenuhi pengendara sepeda, dan kini kita Yogya telah berubah menjadi sebuah kota yang memiliki aktifitas padat seperti ibu kota Jakarta.

Konon menurut catatan sejarah, Yogya dulunya merupakan sebuah negara yang lebih dulu ada sebelum Indonesia ada dan merdeka. Hal ini diperkuat dengan pengakuan negara Belanda yang mengakui dulunya ada sebuah negara yang bernama Ngayogyakarto. Bukti terlulis ini terdapat di dalam perjanjian Giantri.

Yogya dikenal sebagai kota yang sangat istimewah, Keraton selalu menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari Kota Yogya. Dulu kota ini dikenal sebagai kota kecil, dimana di setiap jalan selalu dipenuhi pengendara sepeda, dan kini kita Yogya telah berubah menjadi sebuah kota yang memiliki aktifitas padat seperti ibu kota Jakarta.

Konon menurut catatan sejarah, Yogya dulunya merupakan sebuah negara yang lebih dulu ada sebelum Indonesia ada dan merdeka. Hal ini diperkuat dengan pengakuan negara Belanda yang mengakui dulunya ada sebuah negara yang bernama Ngayogyakarto. Bukti terlulis ini terdapat di dalam perjanjian Giantri.

2.5 Kearifan Budaya Lokal Yogyakarta yang Mendunia

       Salah satu kearifan local yang di miliki Jogja adalah batik. Bahkan dengan batik, jogja di anugerahi sebagai kota batik dunia oleh Unesco pada tahun 2014 lalu. Kerajianan batik jogja memang sudak di kenal sejak masa raja penambahan senopati 1 ( Kerajaan mataram ke- 1 ) dengan pusat kerajianan nya berada di daerah  plered.
 Saat ini terdapat lebih dari 3.000 IKM ( Industri Kecil Menengah ) memproduksi batik dan segala pernak pernik nya yang tersebar merata di 5 kabupaten/Kota di Yogyakarta. Di puast kota Yogyakarta, industry batik berada di daerah Taman Sari  sedangkan untuk kabupaten Sleman berada di daerah Turi, tepat di lereng gunung Merapi yang melegenda
Kabupaten Kulon progo batik berkembang pesat di daerah sapon, Gulurejo dan lendah sedang pusat batik di kabupaten Bantul berada di wilayah imogiri, Giriloyo, pandak, Plered dan sekitar nya. Gunung Kidul yang merupakan kabupaten di ujung Selatan jogja, sentra industry batik tulis tancep khas Gunung Kidul berkembang di ngawen yakni di desa sendangrejo, Trembowo,, Gedang Sari dan sekitar nya.



       BAB III

PENUTUP

3.1  Kesimpulan
      
      Indonesia memiliki banyak sekali daerah dan budaya yang berbeda-beda, setiap daerah memiliki budaya masing-masing. Begitu juga setiap daerah memiliki kearifan budayanya masing-masing. Kearifan lokal adalah dasar untuk pengambilan kebijakkan pada level lokal di bidang kesehatan, pertanian, pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dan kegiatan masyarakat pedesaan.

     Kearifan budaya local adalah kebijaksanaan suatu daerah dalam pengambilan kebijakan dalam berbagai hal, contoh dalam bidang kesehatan, pertanian, pendidikan. Kearifan budaya local juga dapat digunakan sebagai cara pemecahan suatu masalah yang sedang terjadi dalam ruang lingkup budaya masing-masing.

             

DAFTAR PUSTAKA






https://www.jengyuni.com/kearifan-lokal-jogja-yang-mendunia/

0 komentar:

Makalah Budaya Adat Suku Aborigin

MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR
TUGAS SOFTSKILL
“BUDAYA ADAT ABORIGIN”






Kelompok Softskill Ilmu Budaya Dasar
Adam Al-Aziz                         :11217301
Andi Alvianto                         :15217489
Muhammad Faris Andhika   :17217358
Hendika Surya Putra             :15217156



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seperti telah kita ketahui bahwa Indonesia terdiri dari berbagai jenis suku dengan aneka adat istiadat yang berbeda satu sama lain.Suku-suku tersebut ada yang tinggal di pesisir pantai, perkotaan bahkan dipedalaman. Salah satu diantaranya Suku Asmat.
Suku Asmat berada di antara Suku Mappi, Yohukimo dan Jayawijaya di antara berbagai macam suku lainnya yang ada di Pulau Papua. Sebagaimana suku lainnya yang berada di wilayah ini, Suku Asmat ada yang tinggal di daerah pesisir pantai dengan jarak tempuh dari 100 km hingga 300 km, bahkan Suku Asmat yang berada di daerah pedalaman, dikelilingi oleh hutan heterogen yang berisi tanaman rotan, kayu (gaharu) dan umbi-umbian dengan waktu tempuh selama 1 hari 2 malam untuk mencapai daerah pemukiman satu dengan yang lainnya. Sedangkan jarak antara perkampungan dengan kecamatan sekitar 70 km. Dengan kondisi geografis demikian, maka berjalan kaki merupakan satu-satunya cara untuk mencapai daerah perkampungan satu dengan lainnya.
Kelompok asli di Papua terdiri atas 193 suku dengan 193 bahasa yang masing-masing berbeda. Tribal arts yang indah dan telah terkenal di dunia dibuat oleh suku Asmat, Ka moro, Dani, dan Sentani. Sumber berbagai kearifan lokal untuk kemanusiaan dan pengelolaan lingkungan yang lebih baik diantaranya dapat ditemukan di suku Aitinyo, Arfak, Asmat, Agast, Aya maru, Mandacan, Biak, Arni, Sentani, dan lain-lain.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang uraian di atas maka kami akan mengambil tema Budaya Suku Asmat.


1.2 Rumusan Masalah
1.    Apakah budaya suku asmat termasuk budaya lokal ?
2.    Bagaimanakah proses kehidupan suku asmat ?

1.3 Tujuan Penelitian
1.  Untuk mengtehui apakah suku asmat termasuk budaya lokal atau interlokal.
2.  Mendeskripsikan bagaimana proses kehidupan suku asmat.
3.  Untuk mengetahui apa saja hasil kesenian dari suku asmat.

1.4 Metode Penelitian
Metode yang di gunakan dalam penyusunan makalah ini merupakan metode tinjauan kepustakaan yang bertujuan untuk mempelajari buku-buku yang relevan dengan masalah yang di teliti karena penyusun tidak melakukan tinjaun secara langsung terhadap objek pengamatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan yang terdapat pada suku asmat.
1.5 Manfaat Penulisan
1. Bagi Pemerintah
Bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas kehidupan suku asmat, baik dalam pemerintahan, ekonomi, kelangsungan hidup.
2. Bagi Guru
Bisa dijadikan sebagai acuan dan sumbangsih dalam mengajar terutama pada materi ini agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.
3. Bagi Siswa
Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Kata Pengantar      
Daftar Isi     

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah   
1.2 Rumusan Masalah  
1.3 Tujuan Penulisan  
1.4 Metode Penelitian
1.5 Manfaat Penulisan  
1.6. Sistematika Penulisan  
BAB II  TINJAUAN PUSTAKA
  2.1 Pengertian Budaya
  2.2 Budaya Lokal dan Identifikasi Budaya Lokal


BAB III  PEMBAHASAN
  3.1. Iklim Geografis
  3.2 Ciri Fisik
  3.3 Sistem Perekonomian (Mata Pencaharian)
  3.4 Proses Kehidupan
     1. Kehamilan
     2. Kelahiran
     3. Pernikahan 
  3.5 Rumah Adat
BAB IV PENUTUP
         4.1 Kesimpulan
  4.2 Saran
Daftar Pustaka




                                                                 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Budaya
Menurut Suwarto dan Agus Sumali (2007:42) mengemukakan bahwa  “budaya berasal dari kata buddayah bentuk jamak dari kata buddhi (bahasa sansekerta) yang artinya budi atau akal. Kebudayaan merupakan gabungan dari dua kata yaitu, budhi dan daya. Budi artinya akal pikiran. Daya artinya usaha, ikhtiar. Budaya adalah usaha, ikhtiar dari budi. Kebudayaan di artikan sebagai sesuatu yang bersangkutan dengan budi atau akal. Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture, Jerman menyebut kultur, bahasa belandanya kultuur.” Sedangkan menurut Enno Gelder (dalam Suwarto dan Agus Sumali) mengemukakan bahwa culture berasal dari kata colere, yang berarti mengerjakan, memelihara, memuja. Maksudnya mengerjakan atau mengolahtanah pertanian. Kultuur dikatakan usaha yang di lakukan pada barang atau daya pikir untuk memperbaiki atau memulihkannya.
Dari beberapa definisi tersebut maka dapat di simpulkan budaya adalah perilaku anggota masyarakat yang terbentuk dari hasil bekerja yang terdiri dari nilai-nilai, norma, kepercayaan yang dimiliki dan dilaksanakan bersama oleh anggota atau kelompok masyarakat tertentu.
Manusia adalah sebagai makhluk budaya. Jiwa manusia yaitu yang menyebabkan lahirnya kebudayaan itu. Peristiwa kebudayaan adalah peristiwa kejiwaan. Berpikir dan merasa bersumber pada jiwa. Pikiran dan perasaan membentuk kesadaran. Jalinan pikiran dan perasaan melahirkan kemauan. Kemauan itu dapat di perinci menjadi hasrat, keinginan, kehendak, tekad. Kemauan itu adalah awal dari tindakan atau prilaku perbuatan. Kemauan memberdakan manusia dari hewan dan tumbuhan. Perilaku perbuatan di jalankan oleh jasmani. Cita dan perilaku perbuatan di kerjakan menusia sehari-hari dan selama kehidupannya dalam bentuk kebudayaan mereka.

a.  Wujud kebudayaan
Menurut Kuntjaningrat, ada tiga wujud kebudayaan, yaitu :
1.     Sebagai suatu kompleks ide, gagasan, nilai, norma, peraturan.
2.     Sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3.     Sebagai benda-benda hasil karya manusia.

b.  Sifat hakikat kebudayaan
Meskipun setiap kelompok masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda satu sama lain, namun sifat hakikat kebudayaan yang berlaku secara umum juga melekat dalam pertumbuhan dan perkembangan setiap budaya masyarakat. Sifat hakikat tersebut antara lain sebagai berikut.
1.     Kebudayaan diwujudkan melalui perilaku manusia.
2.     Kabudayaan lahir sebelum generasi tertentu dan berkembang ke generasi berikutnya.
3.     Kebudayaan meliputi aturan-aturan yang berisi kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima atau di tolak, yang dilarang atau dibolehkan.
Ciri-ciri setiap kebudayaan merupakan sifat hakikat kebudayaan, namun demikian apabila seseorang ingin memahami sifat hakikat dari kebudayaan yang esensial, maka dia harus terlebih dahulu mampu memecahkan pertentangan-pertentangan yang ada di dalamnya. Pertentangan tersebut antara lain :
1.     Berdasarkan pengalaman, kebudayaan bersifat universal, namun wujud kebudayaan memiliki cirri-ciri khusus sesuai dengan situasi dan lokasinya, oleh karenanya wujud kebudayaan sangat tergantung pada pengalaman-pengalaman anggota masyarakat penganutnya, contoh kebudayaan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, di mana setiap suku bangsa memiliki ciri-ciri kebudayaan tersendiri.
2.     Kebudayaan bersifat stabil dan juga dinamis.
3.     Kebudayaan menentukan jalannya kehidupan manusia meskipun jarang di sadari oleh manusia sendiri, gelaja tersebut secara singkat dapat di jelaskan bahwa walaupun kebudayaan merupakan atribut manusia akan tetapi tak mungkin seseorang meyakini atau mengetahui unsur-unsur kebudayaan.
2.2 Budaya Lokal dan Identifikasi Budaya Lokal
Menurut Suwarto dan Agus Sumali (2007:42) mengemukakan bahwa, budaya lokal adalah gagasan, tindakan dan hasil karya menusia yang tumbuh dan berkembang d dalam ruang lingkup daerah atau wilyah tertentu, misalnya budaya Jawa, budaya Sunda, budaya Melayu dan lain sebagainya. Pengertian budaya lokal adalah budaya atau kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di lokal atau daerah tertentu dengan pendukung manusia yang hidup dan bertempat tinggal di lokal atau daerah tersebut.
a.  Bentuk Budaya
Menurut Koentjaraningrat perwujudan budaya dibedakan menjadi tiga bentuk, antara lain :
1.     Bentuk gagasan
Budaya dalam bentuk ini bersifat abstrak, tidak dapa di raba, karena hanya ada dalam pikiran tiap warga penganut budaya yang bersangkutan. Gagasan yang telah dipelajari oleh setiap masyarakat pendukung budaya sejak dini sangat berpengaruh terhadap sifat dan cara berpikir serta prilaku masyarakat pendukung budaya tersebut. Gagasan itulah yang akhirnya menghasilkan berbagai karya manusia berdasarkan nilai-nilai dan cara berpikir serta prilaku mereka.


2.     Bentuk tindakan
Budaya dalam bentuk tindakan bersifat konkrit dan dapat di lihat, contoh pedagang berjualan, petani mencangkul dan lain sebagainya.
3.     Bentuk hasil karya
Budaya dalam bentuk hasil karya bersifat konkrit dapat dilihat dan diraba. Misalnya pengrajin rotan membuat hasil karya kursi rotan, dan lain sebagainya.

b.  Kepribadian dan kebudayaan
Menurut Theodore Of Newcomb, kepribadian merupakan organisasi sikap-sikap yang di miliki seseorag sebagai latar belakang terhadap perilaku. Kepribadian menunjukan pada organisasi sikap-sikap seseorang untuk berbuat, mengetahui, berpikir dan merasakan, khususnya apabila ia berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan. Karena kepribadian merupakan abstraksi individu yang kelakuannya sebagaimana halnya dengan masyarakat dan kebudayaan maka ketiga aspek tersebut mempunyai hubungan yang saling memengaruhi satu sama lain.
Di dalam masyarakat seorang anggota masyarakat baru (termasuk bayi) akan memelajari norma-norma dan kebudayaan masyarakat di mana dia bertempat tinggal, proses ini di sebut sosialisasi. Sosialisai merupakan proses pembentukan sikap untuk berlaku yang sesuai dengan kelompoknya.




BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Iklim Geografis
Papua (suku asmat) terletak tepat di sebelah selatan garis khatulistiwa, namun kerana daerahnya yang bergunung-gunung maka iklim di Papua sangat bervariasi melebihi daerah Indonesia lainnya. Di daerah pesisiran barat dan utara beriklim tropika lembap dengan tadahan hujan rata-rata berjumlah diantara 1.500 – 7.500 mm pertahun. Tadahan hujan tertinggi terjadi di pesisir pantai utara dan di pegunungan tengah, sedangkan tadahan hujan terendah terjadi di pesisir pantai selatan. Suhu udara bervariasi sejajar dengan bertambahnya ketinggian. Untuk setiap kenaikan ketinggian 100 m ( 900 kaki ), secara rata-rata suhu akan menurun 0.6 °C.
Suku Asmat terletak pada kedudukan 0° 19′ – 10° 45′ LS dan 130° 45′ – 141° 48′ BT, menempati sesetengah bahagian barat dari Papua New Guinea yang merupakan pulau terbesar kedua selepas Greenland. Secara fizikal, Papua merupakan daerah (provinsi) terbesar di Indonesia, dengan luas daratan 21,9% dari jumlah kesuluruhan tanah seluruh Indonesia iaitu 421,981 km², membujur dari barat ke timur (Sorong – Jayapura) sepanjang 1,200 km (744 batu) dan dari utara ke selatan (Jayapura- Merauke) sepanjang 736 km (456 batu).
Selain daripada tanah yang luas, Papua juga memiliki banyak pulau sepanjang pesisirannya. Di pesisiran utara terdapat Pulau Biak, Numfor, Yapen dan Mapia. Pada bahagian barat ialah Pulau Salawati, Batanta, Gag, Waigeo dan Yefman. Pada pesisiran Selatan terdapat pula Pulau Kalepon, Komoran, Adi, Dolak dan Panjang, sedangkan di bahagian timur bersempadan dengan Papua New Guinea.

3.2 Ciri Fisik
Secara umum, kondisi fisik anggota masyarakat Suku Asmat, berperawakan tegap, hidung mancung dengan warna kulit dan rambut hitam serta kelopak matanya bulat. Disamping itu, Suku Asmat termasuk ke dalam suku Polonesia, yang juga terdapat di New Zealand dan Papua Nugini.
Suku asmat meiliki cara yang sangat sederhana untuk merias diri mereka. mereka hanya membutuhkan tanah merah untuk menghasilkan warna merah. untuk menghasilkan warna putih mereka membuatnya dari kulit kerang yang sudah dihaluskan. sedangkan warnah hitam mereka hasilkan dari arang kayu yang dihaluskan. cara menggunakan pun cukup simpel, hanya dengan mencampur bahan tersebut dengan sedikit air, pewarna itu sudah bisa digunkan untuk mewarnai tubuh.


3.3 Sistem Perekonomian (Mata Pencaharian)
          Perekonomian suku Asmat mulai dibangun oleh Belanda melalui cabang perusahaan Imex Lumber Trade Company, bekerja sama dengan organisasi-organisasi penyiaran Agama Katholik, Belanda dan Kristen Amerika. Adat istiadat penyuluhan dihapus oleh Pemerintah RI dan melarang lembaga Yew, diganti dengan Balai Desa. Pembiayaan pembangunaan Irian jaya diperoleh dari bantuan melalui FUNDWI (Fund for the Development of West Irian). Peningkatan kesejahteraan suku Asmat terutama seni patung dan seni ukir, serta membina seniman asli (wow ipits) untuk meningkatkan kreativitasnya.
Orang-orang Asmat merasa dirinya bagian dari alam. Karena itulah mereka sangat menghormati dan menjaga alam sekitarnya bahkan, pohon di sekitar tempat hidup mereka dianggap menjadi gambaran dirinya. Batang pohon menggambarkan tangan. Buah menggambarkan kepala. Akar menggambarkan kaki.
Sehari-hari orang Asmat bekerja di lingkungan sekitarnya, terutama untuk mencari makan. Anak-anak harus membantu orangtuanya. Mereka mencari umbi, udang, kerang, kepiting, dan belalang untuk dimakan. Sementara itu para bapak menebang pohon sagu serta berburu binatang di hutan. Bahan makanan yang sudah terkumpul dimasak oleh para ibu. Selain punya tugas memasak, para ibu juga mempunyai tugas menjaring ikan di rawa-rawa.

3.4 Proses Kehidupan
Dalam menjalankan proses kehidupannya, masyarakat Suku Asmat, melalui berbagai proses, yaitu :
1.  Kehamilan, selama proses ini berlangsung, bakal generasi penerus dijaga dengan baik agar dapat lahir dengan selamat dengan bantuan ibu kandung atau ibu mertua.
2.  Kelahiran, tak lama setelah si jabang bayi lahir dilaksanakan upacara selamatan secara sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang menggunakan Sembilu, alat yang terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Selanjutnya, diberi ASI sampai berusia 2 tahun atau 3 tahun.
3.  Pernikahan, proses ini berlaku bagi seorang baik pria maupun wanita yang telah berusia 17 tahun dan dilakukan oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua belah pihak mencapai kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli wanita dengan mas kawinnya piring antik yang berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu Johnson, bila ternyata ada kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson, maka pihak pria wajib melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang melakukan tindakan aniaya walaupun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap. Dalam memenuhi kebutuhan biologisnya, baik kaum pria maupun wanita melakukannya di ladang atau kebun, disaat prianya pulang dari berburu dan wanitanya sedang berkerja di ladang. Selanjutnya, ada peristiwa yang unik lainnya dimana anak babi disusui oleh wanita suku ini hingga berumur 5 tahun.

4.  Agama, keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Suku Asmat dan dalam hal ketuhanan, Suku Asmat dapat dijadikan contoh bagi daerah lain. Majoriti penduduk Suku Asmat beragama Kristian, namun demikian, seiring dengan perkembangan kemudahan pengangkutan dari dan ke Suku Asmat maka jumlah orang yang beragama lain termasuk Islam juga semakin berkembang. Banyak mubaligh sama ada orang asing maupun rakyat Indonesia sendiri yang melakukan misi keagamaannya di pedalaman-pedalaman Suku Asmat. Mereka berperanan penting dalam membantu masyarakat sama ada melalui sekolah-sekolah mubaligh, bantuan perubatan mahupun secara langsung mendidik masyarakat pedalaman dalam bidang pertanian, mengajar Bahasa Indonesia dan pengetahuan-pengetahuan amali yang lain – lainnya. Mubaligh juga merupakan pelopor dalam membuka jalur penerbangan ke daerah-daerah pedalaman yang belum dibina oleh penerbangan biasa. Sebelum para misionaris pembawa ajaran agama datang ke wilayah ini, masyarakat Suku Asmat menganut Anisme. Dan kini, masyarakat suku ini telah menganut berbagai macam agama, seperti Protestan, Khatolik bahkan Islam.
5.  Bahasa, di Papua ini terdapat ratusan bahasa daerah yang berkembang pada kelompok etnik yang ada. Aneka perbagai bahasa ini telah menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi antara satu kelompok etnik dengan kelompok etnik lainnya. Oleh sebab itu, Bahasa Indonesia digunakan secara rasmi oleh masyarakat-masyarakat di Papua bahkan hingga ke pedalaman (Suku Asmat).
6.  Kematian, bila kepala suku atau kepala adat yang meninggal, maka jasadnya disimpan dalam bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini, tetapi bila masyarakat umum, jasadnya dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa Asmat dan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan.



BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Suku asmat termasuk kelompok lokal, karena kelompok nasionalnya adalah suku papua, suku asmat merupakan sarat mutlak adanya suku papua.
2. Dalam menjalankan proses kehidupannya, masyarakat Suku Asmat, melalui berbagai proses, yaitu :
1.  Kehamilan, selama proses ini berlangsung, bakal generasi penerus dijaga dengan baik agar dapat lahir dengan selamat dengan bantuan ibu kandung alau ibu mertua.
2.  Kelahiran, tak lama setelah si jabang bayi lahir dilaksanakan upacara selamatan secara sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang menggunakan Sembilu, alat yang terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Selanjutnya, diberi ASI sampai berusia 2 tahun atau 3 tahun.
3.  Pernikahan, proses ini berlaku bagi seorang baik pria maupun wanita yang telah berusia 17 tahun dan dilakukan oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua belah pihak mencapai kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli wanita dengan mas kawinnya piring antik yang berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu Johnson, bila ternyata ada kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson, maka pihak pria wajib melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang melakukan tindakan aniaya walaupun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap. Dalam memenuhi kebutuhan biologisnya, baik kaum pria maupun wanita melakukannya di ladang atau kebun, disaat prianya pulang dari berburu dan wanitanya sedang berkerja di ladang. Selanjutnya, ada peristiwa yang unik lainnya dimana anak babi disusui oleh wanita suku ini hingga berumur 5 tahun.
4.  Agama, keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat di Suku Asmat dan dalam hal ketuhanan, Suku Asmat dapat dijadikan contoh bagi daerah lain. Majoriti penduduk Suku Asmat beragama Kristian, namun demikian, seiring dengan perkembangan kemudahan pengangkutan dari dan ke Suku Asmat maka jumlah orang yang beragama lain termasuk Islam juga semakin berkembang. Banyak mubaligh sama ada orang asing mahupun rakyat Indonesia sendiri yang melakukan misi keagamaannya di pedalaman-pedalaman Suku Asmat. Mereka berperanan penting dalam membantu masyarakat sama ada melalui sekolah-sekolah mubaligh, bantuan perubatan mahupun secara langsung mendidik masyarakat pedalaman dalam bidang pertanian, mengajar Bahasa Indonesia dan pengetahuan-pengetahuan amali yang lain – lainnya. Mubaligh juga merupakan pelopor dalam membuka jalur penerbangan ke daerah-daerah pedalaman yang belum dibina oleh penerbangan biasa.
5.  Bahasa, di Papua ini terdapat ratusan bahasa daerah yang berkembang pada kelompok etnik yang ada. Aneka perbagai bahasa ini telah menyebabkan kesulitan dalam berkomunikasi antara satu kelompok etnik dengan kelompok etnik lainnya. Oleh sebab itu, Bahasa Indonesia digunakan secara rasmi oleh masyarakat-masyarakat di Papua bahkan hingga ke pedalaman (Suku Asmat).
6.  Kematian, bila kepala suku atau kepala adat yang meninggal, maka jasadnya disimpan dalam bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini, tetapi bila masyarakat umum, jasadnya dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa Asmat dan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan.
4.2 Saran
1. Bagi Pemerintah
Dalam rangka meningkatkan dan mengangkat budaya daerah diantaranya budaya Suku Asmat hendaklah pemerintah memperhatikan keberadaan budaya di daerah tersebut dengan memperkenalkan dalam pertunjukan nasional baik seni tari maupun seni pahat patung sebagai aneka ragam budaya Indonesia yang di kenal di manca Negara dan salah satu pengahsil devisa Negara.
2. Bagi Dosen
Dengan adanya keanekaragaman budaya daerah diharapkan dapat memiliki manfaat langsung maupun tidak langsung untuk memperkaya bahan kajian dalam proses pendidikan dan dapat mengkontruksi pengetahuan melalui pengalaman belajar yang tepat.
3. Untuk Mahasiswa
Memberikan nuansa baru dalam menambah wawasan pengetahuan yang memungkinkan siswa berkesempatan untuk memperbaiki cara dan sikap dalam memahami budaya daerah yang beraneka ragam sebagai budaya nasional dan menumbuhkan rasa persatuan kebangsaan.




Daftar Pustaka

Suwarto W.A, Agus Sumali. (2007). Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung:Yudhistira.

shttp://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Asmatunting (Di akses pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 21:32 WIB)

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1893522-suku-asmat/#ixzz1k6R8ygcG (Di akses pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 21:34 WIB)

http://www.lestariweb.com/Indonesia/Papua_People_Asmat.htm (Di akses pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 21:36 WIB)

http://www.katcenter.info (Di akses pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 21:38 WIB)

hhttp://asmat-galery.blogspot.com/ttp://www.infopapua.com (Di akses pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 21:40 WIB)

http://budayapapua.wordpress.com (Di akses pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 21:43 WIB)

http://aspal-putih.blogspot.com/2011/07/mengenal-suku-asmat-di-papua.html#ixzz1k6RbZLQ0 (Di akses pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 21:46 WIB)

http://galihpiero.multiply.com/journal/item/9?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem (Di akses pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 21:49 WIB)

http://andaru24.wordpress.com/2011/05/26/suku-asmat/ (Di akses pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 21:50 WIB)


0 komentar: