Makalah Budaya Adat Suku Aborigin
MAKALAH ILMU BUDAYA DASAR
TUGAS SOFTSKILL
“BUDAYA ADAT ABORIGIN”
Kelompok Softskill Ilmu Budaya Dasar
Adam Al-Aziz :11217301
Andi Alvianto :15217489
Muhammad Faris Andhika :17217358
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seperti telah kita ketahui bahwa Indonesia
terdiri dari berbagai jenis suku dengan aneka adat istiadat yang berbeda satu
sama lain.Suku-suku tersebut ada yang tinggal di pesisir pantai, perkotaan
bahkan dipedalaman. Salah satu diantaranya Suku Asmat.
Suku Asmat berada di antara Suku Mappi,
Yohukimo dan Jayawijaya di antara berbagai macam suku lainnya yang ada di Pulau
Papua. Sebagaimana suku lainnya yang berada di wilayah ini, Suku Asmat ada yang
tinggal di daerah pesisir pantai dengan jarak tempuh dari 100 km hingga 300 km,
bahkan Suku Asmat yang berada di daerah pedalaman, dikelilingi oleh hutan
heterogen yang berisi tanaman rotan, kayu (gaharu) dan umbi-umbian dengan waktu
tempuh selama 1 hari 2 malam untuk mencapai daerah pemukiman satu dengan yang
lainnya. Sedangkan jarak antara perkampungan dengan kecamatan sekitar 70 km.
Dengan kondisi geografis demikian, maka berjalan kaki merupakan satu-satunya
cara untuk mencapai daerah perkampungan satu dengan lainnya.
Kelompok asli di Papua terdiri atas 193 suku dengan 193 bahasa yang masing-masing
berbeda. Tribal arts yang indah dan telah terkenal di dunia dibuat oleh suku
Asmat, Ka moro, Dani, dan Sentani. Sumber berbagai kearifan lokal untuk
kemanusiaan dan pengelolaan lingkungan yang lebih baik diantaranya dapat
ditemukan di suku Aitinyo, Arfak, Asmat, Agast, Aya maru, Mandacan, Biak, Arni,
Sentani, dan lain-lain.
Untuk mengetahui lebih jauh tentang uraian di
atas maka kami akan mengambil tema Budaya Suku Asmat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah
budaya suku asmat termasuk budaya lokal ?
2. Bagaimanakah
proses kehidupan suku asmat ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk
mengtehui apakah suku asmat termasuk budaya lokal atau interlokal.
2. Mendeskripsikan bagaimana proses kehidupan
suku asmat.
3. Untuk
mengetahui apa saja hasil kesenian dari suku asmat.
1.4
Metode Penelitian
Metode yang di gunakan dalam penyusunan
makalah ini merupakan metode tinjauan kepustakaan yang bertujuan untuk
mempelajari buku-buku yang relevan dengan masalah yang di teliti karena
penyusun tidak melakukan tinjaun secara langsung terhadap objek pengamatan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan yang terdapat
pada suku asmat.
1.5 Manfaat Penulisan
1. Bagi Pemerintah
Bisa dijadikan sebagai
sumbangsih dalam meningkatkan kualitas kehidupan
suku asmat, baik dalam pemerintahan, ekonomi, kelangsungan hidup.
2. Bagi Guru
Bisa dijadikan sebagai
acuan dan sumbangsih dalam
mengajar terutama pada materi ini agar para peserta didiknya dapat berprestasi lebih baik
dimasa yang akan datang.
3. Bagi Siswa
Bisa dijadikan sebagai
bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi diri.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Kata
Pengantar
Daftar
Isi
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Penelitian
1.5 Manfaat Penulisan
1.6. Sistematika Penulisan
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Budaya
2.2 Budaya
Lokal dan Identifikasi Budaya Lokal
BAB
III PEMBAHASAN
3.1. Iklim Geografis
3.2 Ciri
Fisik
3.3 Sistem
Perekonomian (Mata Pencaharian)
3.4 Proses
Kehidupan
1.
Kehamilan
2.
Kelahiran
3.
Pernikahan
3.5 Rumah Adat
BAB
IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Budaya
Menurut Suwarto dan Agus Sumali (2007:42)
mengemukakan bahwa “budaya berasal dari
kata buddayah bentuk jamak dari kata buddhi (bahasa sansekerta) yang artinya
budi atau akal. Kebudayaan merupakan gabungan dari dua kata yaitu, budhi dan
daya. Budi artinya akal pikiran. Daya artinya usaha, ikhtiar. Budaya adalah
usaha, ikhtiar dari budi. Kebudayaan di artikan sebagai sesuatu yang
bersangkutan dengan budi atau akal. Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut
culture, Jerman menyebut kultur, bahasa belandanya kultuur.” Sedangkan menurut
Enno Gelder (dalam Suwarto dan Agus Sumali) mengemukakan bahwa culture berasal
dari kata colere, yang berarti mengerjakan, memelihara, memuja. Maksudnya
mengerjakan atau mengolahtanah pertanian. Kultuur dikatakan usaha yang di
lakukan pada barang atau daya pikir untuk memperbaiki atau memulihkannya.
Dari beberapa definisi tersebut maka dapat di
simpulkan budaya adalah perilaku anggota masyarakat yang terbentuk dari hasil
bekerja yang terdiri dari nilai-nilai, norma, kepercayaan yang dimiliki dan
dilaksanakan bersama oleh anggota atau kelompok masyarakat tertentu.
Manusia adalah sebagai makhluk budaya. Jiwa
manusia yaitu yang menyebabkan lahirnya kebudayaan itu. Peristiwa kebudayaan
adalah peristiwa kejiwaan. Berpikir dan merasa bersumber pada jiwa. Pikiran dan
perasaan membentuk kesadaran. Jalinan pikiran dan perasaan melahirkan kemauan.
Kemauan itu dapat di perinci menjadi hasrat, keinginan, kehendak, tekad. Kemauan
itu adalah awal dari tindakan atau prilaku perbuatan. Kemauan memberdakan
manusia dari hewan dan tumbuhan. Perilaku perbuatan di jalankan oleh jasmani.
Cita dan perilaku perbuatan di kerjakan menusia sehari-hari dan selama
kehidupannya dalam bentuk kebudayaan mereka.
a. Wujud
kebudayaan
Menurut
Kuntjaningrat, ada tiga wujud kebudayaan, yaitu :
1.
Sebagai suatu kompleks ide, gagasan, nilai, norma,
peraturan.
2.
Sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola
dari manusia dalam masyarakat.
3.
Sebagai benda-benda hasil karya manusia.
b. Sifat
hakikat kebudayaan
Meskipun
setiap kelompok masyarakat memiliki kebudayaan yang berbeda satu sama lain,
namun sifat hakikat kebudayaan yang berlaku secara umum juga melekat dalam
pertumbuhan dan perkembangan setiap budaya masyarakat. Sifat hakikat tersebut
antara lain sebagai berikut.
1.
Kebudayaan diwujudkan melalui perilaku manusia.
2.
Kabudayaan lahir sebelum generasi tertentu dan berkembang
ke generasi berikutnya.
3.
Kebudayaan meliputi aturan-aturan yang berisi
kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima atau di tolak, yang
dilarang atau dibolehkan.
Ciri-ciri setiap kebudayaan merupakan sifat
hakikat kebudayaan, namun demikian apabila seseorang ingin memahami sifat hakikat
dari kebudayaan yang esensial, maka dia harus terlebih dahulu mampu memecahkan
pertentangan-pertentangan yang ada di dalamnya. Pertentangan tersebut antara
lain :
1.
Berdasarkan pengalaman, kebudayaan bersifat universal,
namun wujud kebudayaan memiliki cirri-ciri khusus sesuai dengan situasi dan
lokasinya, oleh karenanya wujud kebudayaan sangat tergantung pada
pengalaman-pengalaman anggota masyarakat penganutnya, contoh kebudayaan bangsa
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, di mana setiap suku bangsa
memiliki ciri-ciri kebudayaan tersendiri.
2.
Kebudayaan bersifat stabil dan juga dinamis.
3.
Kebudayaan menentukan jalannya kehidupan manusia meskipun
jarang di sadari oleh manusia sendiri, gelaja tersebut secara singkat dapat di
jelaskan bahwa walaupun kebudayaan merupakan atribut manusia akan tetapi tak
mungkin seseorang meyakini atau mengetahui unsur-unsur kebudayaan.
2.2 Budaya
Lokal dan Identifikasi Budaya Lokal
Menurut Suwarto dan Agus Sumali (2007:42)
mengemukakan bahwa, budaya lokal adalah gagasan, tindakan dan hasil karya
menusia yang tumbuh dan berkembang d dalam ruang lingkup daerah atau wilyah
tertentu, misalnya budaya Jawa, budaya Sunda, budaya Melayu dan lain
sebagainya. Pengertian budaya lokal adalah budaya atau kebudayaan yang tumbuh
dan berkembang di lokal atau daerah tertentu dengan pendukung manusia yang
hidup dan bertempat tinggal di lokal atau daerah tersebut.
a. Bentuk
Budaya
Menurut Koentjaraningrat perwujudan budaya
dibedakan menjadi tiga bentuk, antara lain :
1.
Bentuk gagasan
Budaya dalam bentuk ini bersifat abstrak,
tidak dapa di raba, karena hanya ada dalam pikiran tiap warga penganut budaya
yang bersangkutan. Gagasan yang telah dipelajari oleh setiap masyarakat
pendukung budaya sejak dini sangat berpengaruh terhadap sifat dan cara berpikir
serta prilaku masyarakat pendukung budaya tersebut. Gagasan itulah yang
akhirnya menghasilkan berbagai karya manusia berdasarkan nilai-nilai dan cara
berpikir serta prilaku mereka.
2.
Bentuk tindakan
Budaya dalam bentuk tindakan bersifat konkrit
dan dapat di lihat, contoh pedagang berjualan, petani mencangkul dan lain
sebagainya.
3.
Bentuk hasil karya
Budaya dalam bentuk hasil karya bersifat
konkrit dapat dilihat dan diraba. Misalnya pengrajin rotan membuat hasil karya
kursi rotan, dan lain sebagainya.
b. Kepribadian
dan kebudayaan
Menurut Theodore Of Newcomb, kepribadian
merupakan organisasi sikap-sikap yang di miliki seseorag sebagai latar belakang
terhadap perilaku. Kepribadian menunjukan pada organisasi sikap-sikap seseorang
untuk berbuat, mengetahui, berpikir dan merasakan, khususnya apabila ia
berhubungan dengan orang lain atau menanggapi suatu keadaan. Karena kepribadian
merupakan abstraksi individu yang kelakuannya sebagaimana halnya dengan masyarakat
dan kebudayaan maka ketiga aspek tersebut mempunyai hubungan yang saling
memengaruhi satu sama lain.
Di dalam
masyarakat seorang anggota masyarakat baru (termasuk bayi) akan memelajari
norma-norma dan kebudayaan masyarakat di mana dia bertempat tinggal, proses ini
di sebut sosialisasi. Sosialisai merupakan proses pembentukan sikap untuk
berlaku yang sesuai dengan kelompoknya.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Iklim
Geografis
Papua
(suku asmat) terletak tepat di sebelah selatan garis khatulistiwa, namun kerana
daerahnya yang bergunung-gunung maka iklim di Papua sangat bervariasi melebihi
daerah Indonesia lainnya. Di daerah pesisiran barat dan utara beriklim tropika
lembap dengan tadahan hujan rata-rata berjumlah diantara 1.500 – 7.500 mm
pertahun. Tadahan hujan tertinggi terjadi di pesisir pantai utara dan di
pegunungan tengah, sedangkan tadahan hujan terendah terjadi di pesisir pantai
selatan. Suhu udara bervariasi sejajar dengan bertambahnya ketinggian. Untuk
setiap kenaikan ketinggian 100 m ( 900 kaki ), secara rata-rata suhu akan
menurun 0.6 °C.
Suku
Asmat terletak pada kedudukan 0° 19′ – 10° 45′ LS dan 130° 45′ – 141° 48′ BT,
menempati sesetengah bahagian barat dari Papua New Guinea yang merupakan pulau
terbesar kedua selepas Greenland. Secara fizikal, Papua merupakan daerah
(provinsi) terbesar di Indonesia, dengan luas daratan 21,9% dari jumlah
kesuluruhan tanah seluruh Indonesia iaitu 421,981 km², membujur dari barat ke
timur (Sorong – Jayapura) sepanjang 1,200 km (744 batu) dan dari utara ke selatan
(Jayapura- Merauke) sepanjang 736 km (456 batu).
Selain
daripada tanah yang luas, Papua juga memiliki banyak pulau sepanjang
pesisirannya. Di pesisiran utara terdapat Pulau Biak, Numfor, Yapen dan Mapia.
Pada bahagian barat ialah Pulau Salawati, Batanta, Gag, Waigeo dan Yefman. Pada
pesisiran Selatan terdapat pula Pulau Kalepon, Komoran, Adi, Dolak dan Panjang,
sedangkan di bahagian timur bersempadan dengan Papua New Guinea.
3.2 Ciri
Fisik
Secara umum, kondisi fisik anggota masyarakat
Suku Asmat, berperawakan tegap, hidung mancung dengan warna kulit dan rambut
hitam serta kelopak matanya bulat. Disamping itu, Suku Asmat termasuk ke dalam
suku Polonesia, yang juga terdapat di New Zealand dan Papua Nugini.
Suku asmat meiliki cara
yang sangat sederhana untuk merias diri mereka. mereka hanya membutuhkan tanah
merah untuk menghasilkan warna merah. untuk menghasilkan warna putih mereka
membuatnya dari kulit kerang yang sudah dihaluskan. sedangkan warnah hitam
mereka hasilkan dari arang kayu yang dihaluskan. cara menggunakan pun cukup
simpel, hanya dengan mencampur bahan tersebut dengan sedikit air, pewarna itu
sudah bisa digunkan untuk mewarnai tubuh.
3.3 Sistem Perekonomian (Mata
Pencaharian)
Perekonomian
suku Asmat mulai dibangun oleh Belanda melalui cabang perusahaan Imex Lumber
Trade Company, bekerja sama dengan organisasi-organisasi penyiaran Agama
Katholik, Belanda dan Kristen Amerika. Adat istiadat penyuluhan dihapus oleh
Pemerintah RI dan melarang lembaga Yew, diganti dengan Balai Desa. Pembiayaan
pembangunaan Irian jaya diperoleh dari bantuan melalui FUNDWI (Fund for the
Development of West Irian). Peningkatan kesejahteraan suku Asmat terutama seni
patung dan seni ukir, serta membina seniman asli (wow ipits) untuk meningkatkan
kreativitasnya.
Orang-orang Asmat merasa
dirinya bagian dari alam. Karena itulah mereka sangat menghormati dan menjaga
alam sekitarnya bahkan, pohon di sekitar tempat hidup mereka dianggap menjadi
gambaran dirinya. Batang pohon menggambarkan tangan. Buah menggambarkan kepala.
Akar menggambarkan kaki.
Sehari-hari orang Asmat
bekerja di lingkungan sekitarnya, terutama untuk mencari makan. Anak-anak harus
membantu orangtuanya. Mereka mencari umbi, udang, kerang, kepiting, dan
belalang untuk dimakan. Sementara itu para bapak menebang pohon sagu serta
berburu binatang di hutan. Bahan makanan yang sudah terkumpul dimasak oleh para
ibu. Selain punya tugas memasak, para ibu juga mempunyai tugas menjaring ikan
di rawa-rawa.
3.4 Proses
Kehidupan
Dalam
menjalankan proses kehidupannya, masyarakat Suku Asmat, melalui berbagai
proses, yaitu :
1. Kehamilan,
selama proses ini berlangsung, bakal generasi penerus dijaga dengan baik agar
dapat lahir dengan selamat dengan bantuan ibu kandung atau ibu mertua.
2. Kelahiran,
tak lama setelah si jabang bayi lahir dilaksanakan upacara selamatan secara
sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang menggunakan Sembilu, alat
yang terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Selanjutnya, diberi ASI sampai
berusia 2 tahun atau 3 tahun.
3. Pernikahan,
proses ini berlaku bagi seorang baik pria maupun wanita yang telah berusia 17
tahun dan dilakukan oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua belah pihak
mencapai kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli wanita dengan mas
kawinnya piring antik yang berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu
Johnson, bila ternyata ada kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson,
maka pihak pria wajib melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang
melakukan tindakan aniaya walaupun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap.
Dalam memenuhi kebutuhan biologisnya, baik kaum pria maupun wanita melakukannya
di ladang atau kebun, disaat prianya pulang dari berburu dan wanitanya sedang
berkerja di ladang. Selanjutnya, ada peristiwa yang unik lainnya dimana anak
babi disusui oleh wanita suku ini hingga berumur 5 tahun.
4. Agama,
keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat di Suku Asmat dan dalam hal ketuhanan, Suku Asmat dapat dijadikan
contoh bagi daerah lain. Majoriti penduduk Suku Asmat beragama Kristian, namun
demikian, seiring dengan perkembangan kemudahan pengangkutan dari dan ke Suku
Asmat maka jumlah orang yang beragama lain termasuk Islam juga semakin
berkembang. Banyak mubaligh sama ada orang asing maupun rakyat Indonesia
sendiri yang melakukan misi keagamaannya di pedalaman-pedalaman Suku Asmat.
Mereka berperanan penting dalam membantu masyarakat sama ada melalui
sekolah-sekolah mubaligh, bantuan perubatan mahupun secara langsung mendidik masyarakat
pedalaman dalam bidang pertanian, mengajar Bahasa Indonesia dan
pengetahuan-pengetahuan amali yang lain – lainnya. Mubaligh juga merupakan
pelopor dalam membuka jalur penerbangan ke daerah-daerah pedalaman yang belum
dibina oleh penerbangan biasa. Sebelum para misionaris pembawa ajaran agama
datang ke wilayah ini, masyarakat Suku Asmat menganut Anisme. Dan kini,
masyarakat suku ini telah menganut berbagai macam agama, seperti Protestan,
Khatolik bahkan Islam.
5. Bahasa,
di Papua ini terdapat ratusan bahasa daerah yang berkembang pada kelompok etnik
yang ada. Aneka perbagai bahasa ini telah menyebabkan kesulitan dalam
berkomunikasi antara satu kelompok etnik dengan kelompok etnik lainnya. Oleh
sebab itu, Bahasa Indonesia digunakan secara rasmi oleh masyarakat-masyarakat
di Papua bahkan hingga ke pedalaman (Suku Asmat).
6. Kematian,
bila kepala suku atau kepala adat yang meninggal, maka jasadnya disimpan dalam
bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini, tetapi bila masyarakat umum,
jasadnya dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa
Asmat dan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1.
Suku asmat termasuk kelompok lokal, karena kelompok nasionalnya adalah suku
papua, suku asmat merupakan sarat mutlak adanya suku papua.
2.
Dalam menjalankan proses kehidupannya, masyarakat Suku Asmat, melalui berbagai
proses, yaitu :
1. Kehamilan,
selama proses ini berlangsung, bakal generasi penerus dijaga dengan baik agar
dapat lahir dengan selamat dengan bantuan ibu kandung alau ibu mertua.
2. Kelahiran,
tak lama setelah si jabang bayi lahir dilaksanakan upacara selamatan secara
sederhana dengan acara pemotongan tali pusar yang menggunakan Sembilu, alat
yang terbuat dari bambu yang dilanjarkan. Selanjutnya, diberi ASI sampai
berusia 2 tahun atau 3 tahun.
3. Pernikahan,
proses ini berlaku bagi seorang baik pria maupun wanita yang telah berusia 17
tahun dan dilakukan oleh pihak orang tua lelaki setelah kedua belah pihak
mencapai kesepakatan dan melalui uji keberanian untuk membeli wanita dengan mas
kawinnya piring antik yang berdasarkan pada nilai uang kesepakatan kapal perahu
Johnson, bila ternyata ada kekurangan dalam penafsiran harga perahu Johnson,
maka pihak pria wajib melunasinya dan selama masa pelunasan pihak pria dilarang
melakukan tindakan aniaya walaupun sudah diperbolehkan tinggal dalam satu atap.
Dalam memenuhi kebutuhan biologisnya, baik kaum pria maupun wanita melakukannya
di ladang atau kebun, disaat prianya pulang dari berburu dan wanitanya sedang
berkerja di ladang. Selanjutnya, ada peristiwa yang unik lainnya dimana anak
babi disusui oleh wanita suku ini hingga berumur 5 tahun.
4. Agama,
keagamaan merupakan salah satu aspek yang sangat penting bagi kehidupan
masyarakat di Suku Asmat dan dalam hal ketuhanan, Suku Asmat dapat dijadikan
contoh bagi daerah lain. Majoriti penduduk Suku Asmat beragama Kristian, namun
demikian, seiring dengan perkembangan kemudahan pengangkutan dari dan ke Suku
Asmat maka jumlah orang yang beragama lain termasuk Islam juga semakin
berkembang. Banyak mubaligh sama ada orang asing mahupun rakyat Indonesia
sendiri yang melakukan misi keagamaannya di pedalaman-pedalaman Suku Asmat.
Mereka berperanan penting dalam membantu masyarakat sama ada melalui
sekolah-sekolah mubaligh, bantuan perubatan mahupun secara langsung mendidik
masyarakat pedalaman dalam bidang pertanian, mengajar Bahasa Indonesia dan
pengetahuan-pengetahuan amali yang lain – lainnya. Mubaligh juga merupakan
pelopor dalam membuka jalur penerbangan ke daerah-daerah pedalaman yang belum
dibina oleh penerbangan biasa.
5. Bahasa,
di Papua ini terdapat ratusan bahasa daerah yang berkembang pada kelompok etnik
yang ada. Aneka perbagai bahasa ini telah menyebabkan kesulitan dalam
berkomunikasi antara satu kelompok etnik dengan kelompok etnik lainnya. Oleh
sebab itu, Bahasa Indonesia digunakan secara rasmi oleh masyarakat-masyarakat
di Papua bahkan hingga ke pedalaman (Suku Asmat).
6. Kematian,
bila kepala suku atau kepala adat yang meninggal, maka jasadnya disimpan dalam
bentuk mumi dan dipajang di depan joglo suku ini, tetapi bila masyarakat umum,
jasadnya dikuburkan. Proses ini dijalankan dengan iringan nyanyian berbahasa
Asmat dan pemotongan ruas jari tangan dari anggota keluarga yang ditinggalkan.
4.2 Saran
1. Bagi Pemerintah
Dalam rangka meningkatkan dan mengangkat
budaya daerah diantaranya budaya Suku Asmat hendaklah pemerintah memperhatikan
keberadaan budaya di daerah tersebut dengan memperkenalkan dalam pertunjukan
nasional baik seni tari maupun seni pahat patung sebagai aneka ragam budaya
Indonesia yang di kenal di manca Negara dan salah satu pengahsil devisa Negara.
2. Bagi Dosen
Dengan adanya keanekaragaman budaya daerah
diharapkan dapat memiliki manfaat langsung maupun tidak langsung untuk
memperkaya bahan kajian dalam proses pendidikan dan dapat mengkontruksi
pengetahuan melalui pengalaman belajar yang tepat.
3. Untuk Mahasiswa
Memberikan nuansa baru dalam menambah wawasan
pengetahuan yang memungkinkan siswa berkesempatan untuk memperbaiki cara dan
sikap dalam memahami budaya daerah yang beraneka ragam sebagai budaya nasional
dan menumbuhkan rasa persatuan kebangsaan.
Daftar
Pustaka
Suwarto
W.A, Agus Sumali. (2007). Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung:Yudhistira.
shttp://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Asmatunting
(Di akses pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 21:32 WIB)
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/1893522-suku-asmat/#ixzz1k6R8ygcG
(Di akses pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 21:34 WIB)
http://www.lestariweb.com/Indonesia/Papua_People_Asmat.htm
(Di akses pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 21:36 WIB)
hhttp://asmat-galery.blogspot.com/ttp://www.infopapua.com
(Di akses pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 21:40 WIB)
http://aspal-putih.blogspot.com/2011/07/mengenal-suku-asmat-di-papua.html#ixzz1k6RbZLQ0
(Di akses pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 21:46 WIB)
http://galihpiero.multiply.com/journal/item/9?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
(Di akses pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 21:49 WIB)
http://andaru24.wordpress.com/2011/05/26/suku-asmat/
(Di akses pada tanggal 21 Januari 2012, pukul 21:50 WIB)
0 komentar: